Bio Pori

CARA PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI

  1. Pilihlah daerah yang tepat untuk membuat lubang biopori, yaitu pada sekeliling pohon, halaman sekolah, kantor , rumah, dan lain-lain.
  1. Lubangi tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman 80-100 cm menggunakan linggis, bamboo, atau alat pengebor biopori (lihat gambar)

 

  1. Perkuat mulut lubang dengan semen sekitar 2-3 cm dan setebal 2cm disekelilingnya.
  1. Isilah lubang tersebut dengan sampah dapur, dedaunan, pangkasan tanaman atau rumput, sampah kebun.



  1. Jika volume sampah berkurang, isilah kembali dengan sampah-sampah seperti yang disebutkan diatas.
  1. Kompos diambil setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan kembali Lubang Resapan Biopori tersebut.

Cara membuat pupuk organik cair

Pupuk organik tidak hanya mempunyai fungsi sebagai penyedia hara, melainkan juga berfungsi memperbaiki lingkungan sekitar tanaman, baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Pupuk organik bukan sekedar dibuat dari bahan-bahan organik, tetapi juga harus berkerja secara organis juga pada tanaman.

Cara membuat pupuk organik cair

Kali ini alamtani akan membahas cara membuat pupuk organik cair. Pupuk organik cair dalam pembahasan ini mengacu pada pengertian pupuk organik dan pupuk kompos yang telah dibahas dalam artikel sebelumnya. Secara singkat bisa dikatakan pupuk organik cair adalah pupuk berfasa cair yang dibuat dari bahan-bahan organik melalui proses pengomposan.

Terdapat dua macam tipe pupuk organik cair yang dibuat melalui proses pengomposan. Pertama adalah pupuk organik cair yang dibuat dengan cara melarutkan pupuk organik yang telah jadi atau setengah jadi ke dalam air. Jenis pupuk yang dilarutkan bisa berupa pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kompos atau campuran semuanya. Pupuk organik cair semacam ini karakteristiknya tidak jauh beda dengan pupuk organik padat, hanya saja wujudnya berupa cairan. Dalam bahasa lebih mudah, kira-kira seperti teh yang dicelupkan ke dalam air lalu airnya dijadikan pupuk.

Pupuk cair tipe ini suspensi larutannya kurang stabil dan mudah mengendap. Kita tidak bisa menyimpan pupuk tipe ini dalam jangka waktu lama. Setelah jadi biasanya harus langsung digunakan. Pengaplikasiannya dilakukan dengan cara menyiramkan pupuk pada permukaan tanah disekitar tanaman, tidak disemprotkan ke daun.

Kedua adalah pupuk organik cair yang dibuat dari bahan-bahan organik yang difermentasikan dalam kondisi anaerob dengan bantuan organisme hidup. Bahan bakunya dari material organik yang belum terkomposkan. Unsur hara yang terkandung dalam larutan pupuk cair tipe ini benar-benar berbentuk cair. Jadi larutannya lebih stabil. Bila dibiarkan tidak mengendap. Oleh karena itu, sifat dan karakteristiknya pun berbeda dengan pupuk cair yang dibuat dari pupuk padat yang dilarutkan ke dalam air. Tulisan ini bermaksud untuk membahas pupuk organik cair tipe yang kedua.

Sifat dan karakteristik pupuk organik cair

Pupuk organik cair tidak bisa dijadikan pupuk utama dalam bercocok tanam. Sebaiknya gunakan pupuk organik padat sebagai pupuk utama/dasar. Pupuk organik padat akan tersimpan lebih lama dalam media tanam dan bisa menyediakan hara untuk jangka yang panjang. Sedangkan, nutrisi yang ada pada pupuk cair lebih rentan terbawa erosi. Namun di sisi lain, lebih mudah dicerna oleh tanaman.

Jenis pupuk cair lebih efektif dan efesien jika diaplikasikan pada daun, bunga dan batang dibanding pada media tanam (kecuali pada metode hidroponik). Pupuk organik cair bisa berfungsi sebagai perangsang tumbuh. Terutama saat tanaman mulai bertunas atau saat perubahan dari fase vegetatif ke generatif untuk merangsang pertumbuhan buah dan biji. Daun dan batang bisa menyerap secara langsung pupuk yang diberikan melalui stomata atau pori-pori yang ada pada permukaannya.

Pemberian pupuk organik cair lewat daun harus hati-hati. Jaga jangan sampai overdosis, karena bisa mematikan tanaman. Pemberian pupuk daun yang berlebih juga akan mengundang hama dan penyakit pada tanaman. Jadi, ketepatan takaran harus benar-benar diperhatikan untuk mendapatkan hasil maksimal.

Setiap tanaman mempunyai kapasitas dalam menyerap nutrisi sebagai makanannya. Secara teoritik, tanaman hanya sanggup menyerap unsur hara yang tersedia dalam tanah tidak lebih dari 2% per hari. Pada daun, meskipun kami belum menemukan angka persisnya, bisa diperkirakan jumlahnya tidak lebih dari 2%. Oleh karena itu pemberian pupuk organik cair pada daun harus diencerkan terlebih dahulu.

Karena sifatnya sebagai pupuk tambahan, pupuk organik cair sebaiknya kaya akan unsur hara mikro. Sementara unsur hara makro dipenuhi oleh pupuk utama lewat tanah, pupuk organik cair harus memberikan unsur hara mikro yang lebih. Untuk mendapatkan kandungan hara mikro, bisa dipilah dari bahan baku pupuk.

Cara membuat pupuk organik cair

  • Siapkan bahan-bahan berikut: 1 karung kotoran ayam, setengah karung dedak, 30 kg hijauan (jerami, gedebong pisang, daun leguminosa), 100 gram gula merah, 50 ml bioaktivator (EM4), air bersih secukupnya.
  • Siapkan tong plastik kedap udara ukuran 100 liter sebagai media pembuatan pupuk, satu meter selang aerotor transparan (diameter kira-kira 0,5 cm), botol plastik bekas akua ukuran 1 liter. Lubangi tutup tong seukuran selang aerotor.
  • Potong atau rajang bahan-bahan organik yang akan dijadikan bahan baku. Masukkan kedalam tong dan tambahkan air, komposisinya: 2 bagian bahan organik, 1 bagian air. Kemudian aduk-aduk hingga merata.
  • Larutkan bioaktivator seperti EM4 dan gula merah 5 liter air aduk hingga merata. Kemudian tambahkan larutan tersebut ke dalam tong yang berisi bahan baku pupuk.
  • Tutup tong dengan rapat, lalu masukan selang lewat tutup tong yang telah diberi lubang. Rekatkan tempat selang masuk sehingga tidak ada celah udara. Biarkan ujung selang yang lain masuk kedalam botol yang telah diberi air.
  • Pastikan benar-benar rapat, karena reaksinya akan berlangsung secara anaerob. Fungsi selang adalah untuk menyetabilkan suhu adonan dengan membuang gas yang dihasilkan tanpa harus ada udara dari luar masuk ke dalam tong.
  • Tunggu hingga 7-10 hari. Untuk mengecek tingkat kematangan, buka penutup tong cium bau adonan. Apabila wanginya seperti wangi tape, adonan sudah matang.
  • Pisahkan antara cairan dengan ampasnya dengan cara menyaringnya. Gunakan saringan kain. Ampas adonan bisa digunakan sebagai pupuk organik padat.
  • Masukkan cairan yang telah melewati penyaringan pada botol plastik atau kaca, tutup rapat. Pupuk organik cair telah jadi dan siap digunakan. Apabila dikemas baik, pupuk bisa digunakan sampai 6 bulan.

Cara membuat pupuk organik cair

Penggunaan pupuk organik cair

Pupuk organik cair diaplikasikan pada daun, bunga atau batang. Caranya dengan mengencerkan pupuk dengan air bersih terlebih dahulu kemudian disemprotkan pada tanaman. Kepekatan pupuk organik cair yang akan disemprotkan tidak boleh lebih dari 2%. Pada kebanyakan produk, pengenceran dilakukan hingga seratus kalinya. Artinya, setiap 1 liter pupuk diencerkan dengan 100 liter air.

Untuk merangsang pertumbuhan daun, pupuk organik cair bisa disemprotkan pada tanaman yang baru bertunas. Sedangkan untuk menghasilkan buah, biji atau umbi, pupuk disemprotkan saat perubahan fase tanaman dari vegetatif ke generatif. Bisa disemprotkan langsung pada bunga ataupun pada batang dan daun. Setiap penyemprotan hendaknya dilakukan dengan interval waktu satu minggu jika musim kering atau 3 hari sekali pada musim hujan. Namun dosis ini harus disesuaikan lagi dengan jenis tanaman yang akan disemprot.

Pada kasus pemupukan untuk pertumbuhan daun, gunakan pupuk organik cair yang banyak mengandung nitrogen. Caranya adalah dengan membuat pupuk dari bahan baku kaya nitrogen seperti kotoran ayam, hijauan dan jerami. Sedangkan pada kasus pemupukan untuk pertumbuhan buah, gunakan bahan baku pupuk yang kaya kalium dan fosfor, seperti kotoran kambing, kotoran sapi, sekam padi dan dedak. Kandungan setiap jenis material organik bisa dilihat di tabel berikut.

Secara sederhana bisa dikatakan, untuk membuat pupuk perangsang daun gunakan sumber bahan organik dari jenis daun-daunan. Sedangkan untuk membuat pupuk perangsang buah gunakan bahan organik dari sisa limbah buah seperti sekam padi atau kulit buah-buahan.

Cara membuat kompos

Secara umum terdapat dua metode cara membuat kompos, yakni proses aerob dan anaerob. Proses aerob dilakukan dengan memanfaatkan udara, sedangkan anaerob dilakukan pada kondisi kedap udara.

Cara membuat pupuk komposKompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai. Organisme pengurai atau dekomposer bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme. Kompos berfungsi sebagai sumber hara dan media tumbuh bagi tanaman.

Dilihat dari proses pembuatannya terdapat dua macam cara membuat kompos, yaitu melalui proses aerob (dengan udara) dan anaerob (tanpa udara). Kedua metode ini menghasilkan kompos yang sama baiknya hanya saja bentuk fisiknya agak sedikit berbeda.

Cara membuat kompos metode aerob

Proses pembuatan kompos aerob sebaiknya dilakukan di tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik. Karakter dan jenis bahan baku yang cocok untuk pengomposan aerob adalah material organik yang mempunyai perbandingan unsur karbon (C) dan nitrogen (N) kecil (dibawah 30:1), kadar air 40-50% dan pH sekitar 6-8. Contohnya adalah hijauan leguminosa, jerami, gedebog pisang dan kotoran unggas. Apabila kekurangan bahan yang megandung karbon, bisa ditambahkan arang sekam padi ke dalam adonan pupuk.

Cara membuat kompos aerob memakan waktu 40-50 hari. Perlu ketelatenan lebih untuk membuat kompos dengan metode ini. Kita harus mengontrol dengan seksama suhu dan kelembaban kompos saat proses pengomposan berlangsung. Secara berkala, tumpukan kompos harus dibalik untuk menyetabilkan suhu dan kelembabannya. Berikut ini cara membuat kompos aerob:

  • Siapkan lahan seluas 10 meter persegi untuk tempat pengomposan. Lebih baik apabila tempat pengomposan diberi peneduh untuk menghindari hujan.
  • Buat bak atau kotak persegi empat dari papan kayu dengan lebar 1 meter dan panjang 1,5 meter. Pilih papan kayu yang memiliki lebar 30-40 cm.
  • Siapkan material organik dari sisa-sisa tanaman, bisa juga dicampur dengan kotoran ternak. Cacah bahan organik tersebut hingga menjadi potongan-potongan kecil. Semakin kecil potongan bahan organik semakin baik. Namun jangan sampai terlalu halus, agar aerasi bisa berlangsung sempurna saat pengomposan berlangsung.
  • Masukan bahan organik yang sudah dicacah ke dalam bak kayu, kemudidan padatkan. Isi seluruh bak kayu hingga penuh.

tahapan pembuatan pupuk kompos

  • Siram bahan baku kompos yang sudah tersusun dalam kotak kayu untuk memberikan kelembaban. Untuk mempercepat proses pengomposan bisa ditambahkan starter mikroorganisme pembusuk ke dalam tumpukan kompos tersebut. Setelah itu, naikkan bak papan ke atas kemudian tambahkan lagi bahan-bahan lain. Lakukan terus hingga ketinggian kompos sekitar 1,5 meter.
  • Setelah 24 jam, suhu tumpukan kompos akan naik hingga 65oC, biarkan keadaan yang panas ini hingga 2-4 hari. Fungsinya untuk membunuh bakteri patogen, jamur dan gulma. Perlu diperhatikan, proses pembiaran jangan sampai lebih dari 4 hari. Karena berpotensi membunuh mikroorganisme pengurai kompos. Apabila mikroorganisme dekomposer ikut mati, kompos akan lebih lama matangnya.
  • Setelah hari ke-4, turunkan suhu untuk mencegah kematian mikroorganisme dekomposer. Jaga suhu optimum pengomposan pada kisaran 45-60oC dan kelembaban pada 40-50%. Cara menjaga suhu adalah dengan membolak-balik kompos, sedangkan untuk menjaga kelembaban siram kompos dengan air. Pada kondisi ini penguapan relatif tinggi, untuk mencegahnya kita bisa menutup tumpukan kompos dengan terpal plastik, sekaligus juga melindungi kompos dari siraman air hujan.
  • Cara membalik kompos sebaiknya dilakukan dengan metode berikut. Angkat bak kayu, lepaskan dari tumpukan kompos. Lalu letakan persis disamping tumpukan kompos. Kemudian pindahkan bagian kompos yang paling atas kedalam bak kayu tersebut sambil diaduk. Lakukan seperti mengisi kompos di tahap awal. Lakukan terus hingga seluruh tumpuka kompos berpindah kesampingnya. Dengan begitu, semua kompos dipastikan sudah terbalik semua. Proses pembalikan sebaiknya dilakukan setiap 3 hari sekali sampai proses pengomposan selesai. Atau balik apabila suhu dan kelembaban melebihi batas yang ditentukan.
  • Apabila suhu sudah stabil dibawah 45oC, warna kompos hitam kecoklatan dan volume menyusut hingga 50% hentikan proses pembalikan. Selanjutnya adalah proses pematangan selama 14 hari.
  • Secara teoritis, proses pengomposan selesai setelah 40-50 hari. Namun kenyataannya bisa lebih cepat atau lebih lambat tergantung dari keadaan dekomposer dan bahan baku kompos. Pupuk kompos yang telah matang dicirikan dengan warnanya yang hitam kecoklatan, teksturnya gembur, tidak berbau.
  • Untuk memperbaiki penampilan (apabila pupuk kompos hendak dijual) dan agar bisa disimpan lama, sebaiknya kompos diayak dan di kemas dalam karung. Simpan pupuk kompos di tempat kering dan teduh.

Tahapan pembuatan pupuk kompos

Proses pembuatan kompos aerob cocok untuk memproduksi kompos dalam jumlah besar. Untuk melihat lebih jauh tentang cara membuat kompos dengan metode aerob, silahkan tonton video tutorial berikut ini:

Cara membuat kompos metode anaerob

Cara membuat kompos dengan metode anaerob biasanya memerlukan inokulan mikroorganisme (starter) untuk mempercepat proses pengomposannya.  Inokulan terdiri dari mikroorganisme pilihan yang bisa menguraikan bahan organik dengan cepat, seperti efektif mikroorganime (EM4). Di pasaran terdapat juga jenis inokulan dari berbagai merek seperti superbio, probio, dll. Apabila tidak tersedia dana yang cukup, kita juga bisa membuat sendiri inokulan efektif mikroorganisme.

Bahan baku yang digunakan sebaiknya material organik yang mempunyai perbandingan C dan N tinggi (lebih dari 30:1). Beberapa diantaranya adalah serbuk gergaji, sekam padi dan kotoran kambing. Waktu yang diperlukan untuk membuat kompos dengan metode anaerob bisa 10-80 hari, tergantung pada efektifitas dekomposer dan bahan baku yang digunakan.  Suhu optimal selama proses pengomposan berkisar 35-45oC dengan tingkat kelembaban 30-40%. Berikut tahapan cara membuat kompos dengan proses anaerob.

  • Siapkan bahan organik yang akan dikomposkan. Sebaiknya pilih bahan yang lunak terdiri dari limbah tanaman atau hewan. Bahan yang bisa digunakan antara lain, hijauan tanaman, ampas tahu, limbah organik rumah tangga, kotoran ayam, kotoran kambing, dll. Rajang bahan tersebut hingga halus, semakin halus semakin baik.
  • Siapkan dekomposer (EM4) sebagai starter. Caranya, campurkan 1 cc EM4 dengan 1 liter air dan 1 gram gula. Kemudian diamkan selama 24 jam.
  • Ambil terpal plastik sebagai alas, simpan bahan organik yang sudah dirajang halus di atas terpal. Campurkan serbuk gergaji pada bahan tersebut untuk menambah nilai perbandingan C dan N. Kemudian semprotkan larutan EM4 yang telah diencerkan tadi. Aduk sampai merata, jaga kelembaban pada kisaran 30-40%, apabila kurang lembab bisa disemprotkan air.
  • Siapkan tong plastik yang kedap udara. Masukan bahan organik yang sudah dicampur tadi. Kemudian tutup rapat-rapat dan diamkan hingga 3-4 hari untuk menjalani proses fermentasi. Suhu pengomposan pada saat fermentasi akan berkisar 35-45oC.
  • Setelah empat hari cek kematangan kompos. Pupuk kompos yang matang dicirikan dengan baunya yang harum seperti bau tape.

Green School

Green School/Sekolah Berbudaya Lingkungan

Laboratorium kimia di Sekolah Menengah Analis Kimia (SMAKBO) Bogor

Latar Belakang 

Kerusakkan lingkungan cenderung meningkat akibat bertambahnya penduduk dan upaya-upaya pemanfaatan sumber daya alam tanpa disertai upaya pelestarian fungsi lingkungan. Akhirnya terjadi ketidakseimbangan di alam, akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab tersebut.

 Isu-isu lingkungan yang bersifat global seperti perubahan iklim berkaitan dengan naiknya suhu udara permukaan bumi, peningkatan CO2  dan berkurangnya luas hutan dunia. Pertumbuhan penduduk dan pengambilan sumber daya alam yang jauh melampaui daya dukungnya merupakan salah satu penyebabnya. Isu-isu tersebut berkembang menjadi permasalahan lingkungan yang serius. Pencemaran udara, sampah, kelangkaan air bersih, kerusakkan lahan dan hutan, longsor, banjir dan kekeringan, merupakan masalah yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dewasa ini.

Penanganan masalah lingkungan telah dilakukan berbagai kalangan, tingkat lokal, pemerintah maupun masyarakat berupaya dengan berbagai pendekatan. Tapi upaya-upaya tersebut belum menampakkan hasil yang nyata, karena :

1. Rendahnya partisipasi masyarakat untuk berperan dalam Pendidikan Lingkungan Hidup. Hal ini karena kurangnya pemahaman, rendahnya
tingkat kemampuan atau keterampilan, serta rendahnya komitmen masyarakat dalam menyelesaikan masalah;

2. Pemahaman pelaku pendidikan terhadap Pendidikan Lingkungan Hidup masih terbatas, masih ada anggapan bahwa Pendidikan Lingkungan Hidup tidak penting;

3. Materi dan metode pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup belum memadai dan kurang aplikatif, siswa lebih banyak diberikan teori, masih kurangnya aksi nyata, sehingga pemahaman siswa tidak utuh;

4. Masih kurangnya perhatian terhadap sarana dan prasarana Pendidikan Lingkungan Hidup;

5. Kurangnya alokasi anggaran untuk Pendidikan Lingkungan dari pemerintah, sehingga pelaksanaan kurang optimalnya pelaksanaan Pendidikan Lingkungan;

6. Lemahnya koordinasi antar instansi terkait dan para pelaku pendidikan. Hal ini menyebabkan program Pendidikan Lingkungan bersifat sporadic, tidak sinergis dan saling tumpang tindih.

7. Kondisi kehidupan dunia modern yang kita rasakan bersama saat ini, telah terjadi krisis 3 E; yaitu environment, economi, dan etica. Modernisasi telah melahirkan manusia yang serakah, materialistis lebih menonjol daripada solidaitas sosial.

Untuk itu, perlu upaya pelestarian lingkungan, agar dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan dan sebagai peninggalan bagi generasi yang akan datang. Bila kita sebagai manusia tidak bertanggungjawab, maka akhirnya semua media (tanah, air, udara), sebagai ruang hidup manusia dan mahluk hidup lainnya berubah menjadi racun. Bagaimana jadinya generasi yang akan datang, akan menjadi mahluk apa mereka ?

Sehubungan hal tersebut, maka upaya pelestarian lingkungan harus melalui jalur pendidikan di sekolah-sekolah. Pendidikan lingkungan yang dilakukan sejak dini, baik di rumah maupun di sekolah merupakan langkah strategis dalam upaya merubah sikap dan perilaku peserta didik sebagai generasi muda, yang akan menggantikan genersi tua, agar lebih peduli terhadap pentingnya lingkungan yang sangat menunjang kelangsungan hidup mahluk hidup, karena, sangat bermanfaat bagi manusia dan mahluk hidup lainnya, antara lain:

  • Menyimpan air di bawah tanah, sehingga sumur alam kita tidak kering;
  • Menetralisir racun di udara yang dikeluarkan oleh gas buang kendaraan, asap pembakaran (rokok, sampah, pabrik, dll), gunung berapi;
  • Pohon sebagai peneduh, konsumsi, penunjuk jalan;
  • Pohon sebagai pencegah banjir;
  • Sebagai penyaring debu;
  • Sebagai penahan/mengurangi sinar matahari.

Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya kompetensi pendidik yang terus ditingkatkan, melainkan juga kualitas kondisi sekolahpun perlu juga ditingkatkan, sehingga terwujud lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran yang sehat, nyaman serta mebentuk siswa yang kreatif.

Green School, merupakan program yang dikembangkan di tingkat internasional. Di Indonesia, bila diterjemahkan langsung menjadi rancu dan salah pengertian, ada yang mengartikan sekolah yang dicat hijau atau hanya sebatas harus rindang/banyak pohon saja, dan selesai. Padahal sebenarnya pengertiannya tidak seenteng itu.

Green School lebih bermakna pada pembentukkan sikap anak didik dan warga sekolah terhadap lingkungan, yang tercermin dalam kehidupan se hari-hari di sekolah. Hal ini diwujudkan dalam sikap dan perilaku sehari-hari, baik di sekolah, rumah atau di lingkungan tempat tinggalnya. Termasuk di dalamnya program “Greening The Curriculum”, kurikulum hijau, artinya kurikulum yang memperhatikan aspek-aspek lingkungan dalam bahasannya serta mengintegrasikan materi lingkungan ke dalam pembelajarannya, sesuai dengan topik bahasannya.

Kelak, bila mereka bekerja, diharapkan sikap tersebut dapat diterapkan dalam sikap kerja yang bijaksana dan peduli lingkungan, terutama sekitarnya.

“jadilah pejabat yang peduli lingkungan, jangan menjadi pejabat yang perusak lingkungan”.

Dalam rakor antar PPPGT (Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi) atau nama baru PPPPTK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidi kan) yang terdiri dari PPPGT Bandung, VEDCA Cianjur, PPPGT Medan, VEDC Malang dan PPPG Kesenian Yogyakarta, disepakati bahwa : istilah Green School untuk Indonesia adalah Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL).

Mengingat pentingnya pelestarian lingkungan pada saat kini dan di masa mendatang, maka pendidikan lingkungan di sekolah harus diterapkan dari sejak usia dini.

Inilah tanggung jawab seorang pendidik, dimanapun, siapapun mereka, harus menjadikan anak didiknya menjadi orang yang berguna dan bertanggungjawab terhadap lingkungan. Guru akan merasa sedih bila melihat bekas anak didiknya menjadi orang perusak lingkungan dan tidak bertanggungjawab.  

Saat ini, konsumen menuntut produk berkualitas tinggi yang dihasilkan dengan suatu proses yang ramah lingkungan. Proses produksi dalam berbagai sektor usaha dan industri di Indonesia sebagian besar dikerjakan oleh tenaga kerja yang dihasilkan oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Untuk itu, system pendidikan SMK harus dapat mewujudkan kebutuhan tenaga kerja tingkat menengah yang mempunyai sikap serta perilaku adaptif, berjiwa kreatif dan professional sesuai bidangnya.

Salah satu program yang telah dikembangkan adalah Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang menyertai kemampuan spesialisasinya. Dengan program ini diharapkan siswa terbiasa bersikap kritis dan tanggap terhadap isu-isu lingkungan yang terjadi di sekelilingnya. Hal tersebut tercermin dalam sikap dan perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya.

Landasan Hukum

Landasan Hukum program SBL, adalah :

1. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2. UU No. 32 Tahun 1997 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

3. PP No. 28 Tahun 1990 tentang  Pendidikan Dasar

4. PP No. 29 Tahun 1990 tentang  Pendidikan Menengah

5. Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup, Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2005

6. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pembentukkan dan Organisasi Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Barat

7. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 63 Tahun 2001 tentang Tugas Pokok Fungsi dan Rincian Tugas Unit Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah.

8. Berdasarkan surat dari KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA;  No. B.9362/DEP.VI/LH/12/09 tanggal 11 Desember 2009, tentang Penyeleksian Program Sekolah Adiwiyata (tingkat Nasional),

9. Berdasarkan surat dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Pemerintah Propinsi Jawa Barat, No. 800/575/iv tanggal 21 Februari 2011, tentang :

  • Pemberian Penghargaan sekolah Sekolah Berbudaya Lingkungan Tk. Propinsi Jawa Barat tahun 2011, bagi SD, SMP, SMA dan SMK yang telah menunjukkan dedikasi serta kepedulian yang tinggi terhadap upaya pengelolaan lingkungan sekolah dan sekitarnya;
  • Rapat koordinasi, penilaian portofolio, pemantauan dan pembinaan sekolah

Sekolah berbudaya lingkungan di tingkat Propinsi jawa Barat.

Agar program Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL) lebih bermakna serta dapat meningkatkan kepedulian warga sekolah, maka BPLHD propinsi Jawa Barat memberikan penghargaan kepada sekolah yang peduli dalam upaya pengelolaan lingkungan sekolahnya, maka dilaksanakan penyeleksian, pemantauan sekaligus pembinaan pada sekolah-sekolah yang dicalonkan di tingkat kabupaten.

Program ini diharapkan bukan menjadi satu-satunya cara untuk mewujudkan Sekolah yang berbudaya lingkungan. Diharapkan, sikap serta perilaku peduli lingkungan tersebut sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan sekolah sehari-hari. Bukan seolah-olah untuk mendapatkan penghargaan, atau kegiatan dilakukan karena adanya penilaian. Jadi, diharapkan kelak, tanpa adanya penilaian, sekolah tetap melaksanakan pengelolaan di lingkungan sekolahnya masing-masing. Sikap tanggung jawab dan kepedulian harus tertanam dalam pribadi siswa, sehingga menjadi suatu kebiasaan dalam semua kegiatan di sekolah.

VISI dan MISI

Visi Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL) adalah “Terbentuknya generasi yang peduli lingkungan dan mampu mengimplementasikan kepeduliannya dalam kehidupan sehari-hari”

Misi SBL adalah :

1. Mengembangkan sumber daya manusia yang memahami dan sadar terhadap kondisi lingkungan saat ini, terutama lingkungan sekolah dan sekitarnya;

2. Mengembangkan sumber daya manusia yang mampu merumuskan upaya untuk memelihara, memperbaiki, dan meningkatkan kualitas lingkungan, terutama lingkungan sekolah dan sekitarnya;

3. Mengembangkan sumber daya manusia yang peduli lingkungan terutama lingkungan sekolah dan sekitarnya, serta mau dan mampu mewujudkan kepeduliannya dalam kehidupan sehari-hari.

SBL 1

( 1 & 2 : Laboratorium kimia  diSMAK Bogor; 3 : Toilet siswa  diSMK Wikrama Bogor Bersih, tanpa coretan, tidak bau )

Strategi Pelaksanaan

Agar supaya program SBL ini berhasil dengan baik, maka perlu adanya strategi implementasi, antara lain sebagai berikut :

  • Penyusunan konsep SBL dengan melibatkan peran aktif berbagai pihak terkait, sehingga konsep SBL merupakan konsep bersama dan semua pihak merasa bertanggungjawab untuk ikut melaksanakannya; 
  • Sosialisasi pengembangan SBL dilakukan kepada seluruh Dinas Pendidikan dan pihak lain terkait pada lingkup Kabupaten dan Kota seluruh wilayah Propinsi Jawa Barat; 
  • Sosialisasi ke tingkat sekolah dilakukan oleh masing-masing Kabupaten dan Kota yang bersangkutan dan lembaga-lembaga pendidikan guru, seperti PPPPTK, LPMP, perguruan tinggi dan sebagainya; 
  • Komitmen yang kuat dari pihak pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota untuk melaksanakan SBL secara serius, sistematis dan berkesinambungan. Komitmen ini dapat diwujudkan dalam bentuk peraturan daerah, instruksi atau himbauan.

Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berwawasan lingkungan, maka Pemerintah

Propinsi Jawa Barat, dalam hal ini diprakarsai oleh BPLHD (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah) Propinsi Jawa Barat dan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan, dinas/badan Lingkungan Hidup di Kabupaten atau Kota, PPPGTeknologi Bandung/PPPPTK, LPMP Cimareme, UPI dan PPPG Tertulis, memberikan penghargaan bagi sekolah tingkat SD, SMP, SMA dan SMK bidang keahlian Bisnis Manajemen dan bidang Keahlian Teknologi se Jawa Barat, yang telah menunjukkan dedikasi serta kepedulian yang tinggi terhadap upaya pengelolaan lingkungan sekolah dan sekitarnya.

Hal ini, sudah dilaksanakan sejak tahun 2002, dengan mengadakan lomba “Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL)”  se Propinsi Jawa Barat dan pemenangnya diajukan untuk mengikuti program  program “Sekolah Adiwiyata”, (tingkat Nasional) dari MenLH.

Sehubungan dengan itu, perlu adanya kegiatan pembinaan dan pemantauan lapangan terhadap sekolah-sekolah yang dicalonkan untuk mengikuti lomba dari setiap kabupaten atau kota di Jawa Barat.

Pemantauan ini, dimaksudkan untuk membina sekolah-sekolah dalam mempersiapkan diri menjadi “Sekolah Berbudaya Lingkungan” dan sebagai sekolah model yang dapat dijadikan contoh bagi sekolah-sekolah lain.

Pembinaan meliputi beberapa faktor antara lain:

  • Penyusunan dokumen porto folio program Pendidikan Lingkungan di sekolah.
  • pengelolaan fisik sekolah;
  • manajemen sekolah yang berkaitan dengan lingkungan serta bukti fisik yang diperlukan;
  • hasil karya yang berkaitan dengan pemberdayaan bahan bekas;
  • sikap kepedulian dan tanggungjawab pada lingkungan sekitarnya;
  • kurikulum pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup, baik monolitik terintegrasi ke dalam topik pembelajaran.
  • SAP/RPP pembelajaran umum yang terintegrasi dengan materi lingkungan, disamping pelajaran IPA dan biologi.
  • SAP/RPP pembelajaran kejuruan (bagi SMK) yang diintegrasikan dengan materi lingkungan.

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan  Bidang Mesin dan Teknik Industri (P4TK BMTI) Bandung, sebagai salah satu lembaga pendidikan dan pelatihan guru di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional, turut bertanggungjawab untuk meningkatkan mutu dan kualitas sekolah yang sehat dan nyaman  dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, sesuai dengan kebutuhan sekolah dan dunia industri.

Tujuan  

Pembinaan dan Penilaian Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL) se Propinsi Jawa Barat bertujuan  :

1. Untuk melihat kondisi fisik sekolah dan memberikan arahan-arahan dalam mewujudkan Sekolah Berbudaya Lingkungan yang tercermin dalam sikap peduli lingkungan pada kehidupan  sehari-hari di sekolah.

2. Untuk mendapatkan data konkrit sebagai bukti fisik, berupa berkas tertulis, tentang kebijakan kepala sekolah dalam kegiatan dan program sekolah yang berkaitan dengan lingkungan, baik kurikuler maupun ekstra kurikuler.

3. Memberikan pengarahan pada guru dalam penyusunan silabus yang berkaitan dengan lingkungan, baik secara monolitik maupun terintegrasi pada mata pelajaran kejuruan, selain biologi dan IPA.

4. Memberikan arahan pada guru dalam penyusunan RPP materi lingkungan yang diintegrasikan ke dalam mata pelajaran umum dan kejuruan;

5. Membiasakan siswa dalam pemberdayaan bahan-bahan bekas.

6. Membiasakan warga sekolah untuk menggunakan bahan ramah lingkungan.

7. Sebagai motivasi bagi sekolah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian tentang pengelolaan sekolah yang sehat dan pembiasaan sikap peduli lingkungan.

Manfaat  SBL

Hasil penilaian program SBL dapat dimanfaatkan sebagai berikut :

1. Pengembangan pengelolaan sekolah selanjutnya;

2. Panduan bagi pengembangan serta pembinaan kepada kepala sekolah dan guru, tentang pengelolaan lingkungan sekolah selanjutnya;

3. Pengembangan materi dan metode pembelajaran Pendidikan Lingkungan disekolah, baik secara monolitik maupun integrasi ke dalam pembelajaran lain selain Biologi dan IPA;

4. Pembinaan dalam penyusunan silabus dan RPP terintegrasi;

5. Pembinaan dalam penyusunan modul kejuruan yang terintegrasi dengan materi lingkungan sesuai dengan topik pembahasan;

6. Dengan adanya kerjasama antara Dinas Pendidikan, Badan/Dinas Lingkungan Hidup dengan Sekolah, maka Dinas LH dapat memberikan pengarahan dan memfasilitasi  sekolah untuk persiapan SBL;

7. Memberi masukkan tentang kekurangan yang perlu ditindaklanjuti oleh pihak sekolah;

8. Meningkatkan kreativitas warga sekolah dalam mengelola sekolahnya masing-masing;

9. Menunjang program SBI (Sekolah Bertaraf Internasional).

kesimpulan

Program SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) akan lebih sempurna apabila dibarengi dengan program peduli dan berbudaya lingkungan sudah menjadi budaya se hari-hari bagi warga sekolah yang tercermin dalam sikap siswa, guru, kepala sekolah dan seluruh tenaga kependidikan. Sekolah masih perlu pengarahan dalam penyusunan portofolio yang berkaitan dengan Pendidikan lingkungan, Sekolah perlu pembinaan tentang pengelolaan lingkungan sekolah dalam mewujudkan ”Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL)”;

Sekolah perlu pembinaan dalam penyusunan RPP (Rencana Program Pembelajaran) mata pembelajaran selain Biologi dan IPA yang terintegrasi dengan materi lingkungan yang sesuai dengan topik pembelajarannya dan Sekolah perlu pengarahan dan difasilitasi untuk pengelolaan sampah anorganik menjadi bahan jadi yang dapat dimanfaatkan serta sekolah perlu pengarahan tentang hemat energi.

Oleh : Kania Tresnajati Widyaiswara Madya 

Referensi photo-photo Sekolah Berbudaya Lingkungan :

Kota Bogor

SMK Wikrama Bogor

SBL 2

( 1 : Taman dengan gazebo-gazebo yang dapat dimanfaatkan sbg tempat belajar, pengembangan kreativitas dan merupakan media pembelajaran )

( 2 : Praktik mendaurulang kertas bekas )

( 3 : Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dengan komputer di lab komputer )

SBL 3

( 1 : toilet siswa; Bersih,tanpa coretan,  tidak bau, air layak pakai, pencahayaan alami cukup, sirkulasi udara cukup )

( 2 : Tanaman hidrophonik )

( 3 : Slogan anjuran makanan sehat yang dipasang  di ruang kantin )

( 4 : Slogan anjuran makanan sehat yang dipasang  di ruang kantin )